sumber gambar : pinterest
“Cepat beritahu ibu Dandeli,, apa yang kamu ketahui
tentang Sea?”
Dandeli hanya
bisa menunduk. Dia tidak berani menatap kedalam mata ibunya, ia tau kalau
sampai ia menatap ibunya, dia tidak akan bisa menyembunyikan setetes pun rahasia
sahabatnya itu.
Suara hujan diluar
sana semakin membuat hawa dingin merasuk kedalam selimut mereka, hangatnya
dekapan ibunda Dandelion tidak dapat melawan hawa dingin yang ada dalam benak
Dandeli. Ingin sekali rasanya Dandelion menceritakan jejak demi jejak yang ada
diingatannya mengenai Sea. Ingin sekali rasanya Dandelion menceritakan
bagaimana kemilaunya Sea saat berada didalam lautan. Tentang bagaimana
mengesankannya Sea yang bisa berlama-lama berada didasar laut. Tentang
bagaimana munculnya insang yang ada dibalik telinga Sea. Tentang bagaimana
tiba-tiba Sea menjadi manusia yang memiliki kelebihan luar biasa itu. Kelebihan
yang tidak bisa diterima oleh mereka yang terlihat wajar. Ya, Dandelion tidak
terlihat wajar, dia cacat, oleh karena itulah dia bisa menerima dan menjaga
kepercayaan Sea mengenai itu semua. Mereka berdua sama-sama berbeda dari
manusia lain.
***
Setelah
memindahkan Sea yang tiba-tiba rubuh dan pingsan ke dalam kamar, Samudra merasa
sedikit bersalah terhadap Sea. Karena dia terlalu memaksa Sea untuk
menceritakan hal berat yang baru dialaminya di laut. Mungkin Sea benar mengenai kapalnya yang
karam. Sekarang dihadapannya Sea dengan muka pucat dan tangan serta kakinya
yang sedingin es terbaring diatas tempat tidur. Sam semakin tidak tega melihat
kondisi Sea yang merintih-rintih dan mengigau tidak jelas. Dari kondisi
fisiknya, Sam tau, Sea benar-benar sedang dalam kesulitan. Hanya saja, dia
tidak tau apa yang harus diperbuat selain mengompres kening Sea dan
menyelimutinya dengan selimut tebal dari lemari. Tapi ada satu hal yang yang
mengganjal benaknya, jika benar Sea terombang-ambing dilautan, lalu mengapa
kulitnya tidak terbakar? Justru Sea memiliki kulit yang berkilau dan bersih.
Atau jangan-jangan Sea adalah,,, tapi tidak mungkin! Itu hanya sebuah dongeng
dari ayahnya. Dongeng rakyat yang hanya mengandalkan imajinasi. Itu tidak
mungkin.
***
sumber gambar : kwikku.com
Hawa yang begitu
dingin dalam gelap ini mendadak merasuk menyerang pertahananku. Sepertinya
salah jika aku malah membiarkan diriku masuk kedalam bayangan pikiran-pikiran
ini. Hanya saja terlalu lelah dan menyakitkan untuk terus melawan selama ini.
Mungkin ini sudah waktunya. Waktunya aku untuk selesai.
“Sea,,,” ada yang
memanggilku. Suara itu lagi.
Aku mencari-cari
siapa yang memanggilku dalam gelap ini. Ketakutan kembali menjalar memenuhi
setiap ruang dalam diriku. Tapi entah kenapa, sesaknya keingintahuanku akan
ribuan pertanyaan malah mengalahkan ketakutan itu sendiri. Mataku mencari-cari
dalam gelap yang sangat hitam. Sampai aku menyerah dan tiba-tiba silau itu
sekelebat datang dengan cepat. Silau yang berpendar menyakitkan mata untuk
melihatnya. Namun lama kelamaan silau itu perlahan melembut dan menjadi kilau
yang indah. Tarian warna-warni cahaya yang indah dan tidak pernah kulihat
sebelumnya. Kilau aurora yang berkerlap kerlip dan mulai mengantarkan sesosok yang
belum bisa kulihat jelas.
“Sea,,” kembali
suara itu memanggilku.
Aku mendongak
memaksakan untuk melihat siapa yang bicara padaku. Terkejut dengan apa yang
kulihat. Aku seperti melihat cerminan diriku sendiri ketika sedang berada dalam
laut. Wanita ini persis mirip sekali denganku, hanya saja kulitnya yang lebih
berkilau dan matanya yang berwarna hijau menjadi pembeda antara kami. Dia juga
lebih cantik dalam balutan gaun yang baru kali ini kulihat jelas dalam bayanganku.
Siapa dia? Bibirku tidak bisa mengucapkan sepatah kata apapun. Aku mengenali
suaranya, suara yang selama ini selalu mengganggu benakku. Yang membisikkan
berbagai hal yang tidak bisa kumengerti sama sekali. Dia yang selama ini
menggangguku dalam kehidupan sebagai manusia normalku. Mendadak kemarahanku
memuncak. Dialah yang membuat aku merasakan sakit yang luar biasa dan sesak
yang luar biasa selama ini. Dialah yang telah membuatku seperti ini! Menjadi
manusia aneh! Entah sihir apa yang dia lakukan padaku hingga membuatku seperti
ini. Aku sangat membencinya, siapapun dia. Aku benar-benar membencinya dengan
segenap hatiku.
“Sea,, dengarkan
aku. Kamu sudah berada ditempat yang tepat dan aman! Dan,,,” belum selesai
wanita itu selesai bicara, aku melihatnya seperti menahan sakit yang luar
biasa. Aku tau, aku juga seperti itu ketika sakit itu datang. “,,dan,, jangan
berikan kepada siapapun kalung itu!”
BLASH! Seketika silau cahaya yang menyakitkan mata
itu datang dan menghilang dengan cepat. Semua kembali gelap.
***
Samudra masih berada didalam keraguannya sementara
Sea belum sadar. Apakah Sea benar-benar salah satu kaum yang ada dalam cerita
rakyat yang ayahnya pernah ceritakan? Jika dirunut dari keanehan-keanehan dan
cerita janggal serta betapa indahnya fisik Sea, Sam yakin jika dugaannya benar.
Tapi yang membuatnya ragu, apakah cerita rakyat itu benar-benar pernah terjadi?
Tiba-tiba Sea membuka mata dan mendapati Sam sedang
menatap. Matanya masih terasa berat dan alam sadarnya masih membuatnya
linglung. Sea masih memikirkan kata-kata wanita yang ada dalam bayangannya
tadi. Ia bahkan tidak memedulikan tatapan penuh pertanyaan Sam.
“Boleh aku minta air?” pinta Sea pada Sam yang
masih menatap kearahnya.
Sam masih menatap.
“Heiii Sam,, aku haus,,” kibasan tangan Sea tidak
membuat Sam bergerak.
Sam masih menatap Sea. Sam teringat sebuah kisah
yang ayahnya pernah ceritakan. Sebuah rahasia lautan yang tidak semua orang
dapat ketahui. Kehidupan penuh misteri dalam air yang sampai saat ini belum
bisa terungkap kebenarannya. Meskipun beberapa bukti telah ada di beberapa
museum, namun banyak para peneliti yang menyerah untuk memecahkan misteri itu
semua.
Sea geram, lalu mengambil bantal dan melemparnya
langsung ke wajah Sam. Tapi tangan Sam lebih cepat daripada yang Sea kira.
Secepat kilat Sam menangkis bantal yang dilempar Sea, kemudian langsung
mencengkeram lengannya.
“Siapa kamu Sea?”