‘BRAKK!’ Manson mendobrak masuk ke dalam rumah
keluarga Dandelion. Didalamnya, Dandeli sedang asik melukis dikamar sehingga ia
tidak tahu menahu kejadian ini, begitulah Dandeli jika sedang melukis, dia akan
lupa segalanya, dunianya ketika melukis hanya sebatas cat warna-warni,kuas dan
kanvas. Ibunda Dandelion lah yang terkejut bukan main akan kedatangan Manson
yang tiba-tiba dan tanpa sopan santun itu.
“Ada
apa ini?!” ibunda Dandeli yang biasanya penuh kelembutan dan memiliki sorot
mata penuh kasih, kini terlihat meradang akan sikap tidak sopan dari paman
seorang sahabat anaknya.
“Dimana
kalian sembunyikan anakku!” Manson tanpa basa-basi langsung menyeruak masuk
kedalam rumah, dan membuka setiap pintu didalam rumah keluarga Dandeli.
“Hentikan
ketidak sopananmu Manson! Bicarakan baik-baik! Ini rumahku, kamu tidak pantas
bersikap tidak sopan disini!” lengan ibunda Dandeli melintang menjadi pagar
penghalang ketika Manson hendak menaiki tangga menuju kamar anak kesayangannya.
“Minggir!
Atau kau menyesal sudah menghalangiku menemui Sea!!”
“SEA
TIDAK ADA DISINI!” ibunda Dandeli berteriak. Dia sudah muak akan sikap Manson
yang sudah tidak sopan masuk kerumahnya tanpa permisi, mengobrak-abrik seisi
rumahnya dan sekarang dia menuduhnya menculik Sea! Keterlaluan! Matanya
memerah, menahan gejolak kemarahan yang tidak pernah lagi ia rasakan lagi
setelah dua puluh tahun belakangan ini.
“Oh
ya? Baiklah, kita tanyakan saja pada anakmu yang cacat itu!” Manson tidak
mempedulikan keberadaan ibunda Dandeli. Ia mendorong kasar Ibunda Dandeli agar
tidak menghalangi langkahnya. Membuat ibunda Dandeli jatuh terjerembab ke
lantai kayu rumah itu.
Manson
sedikit merasa menyesal telah membuat Ibunda Dandeli terjatuh. Tapi begitu ia menoleh dan melihat ternyata Ibunda
Dandeli tidak mengalami cedera dan hendak bangkit dari jatuhnya. Dia segera
naik keatas, tidak mau menyia-nyiakan waktu merasa kasihan kepada yang telah
menculik putri kesayangannya.
Dandeli sedang asik mencampurkan
warna-warni indah pada palet tintanya. Sedang asik memikirkan warna apa yang
cocok untuk ia torehkan dengan kuas kesukaannya diatas kanvas yang sudah hampir
jadi separuh lukisan itu. Lukisan yang memuaskan, pikirnya, kemudian tersenyum
sendiri mengingat ucapan Sea mengenai bunga Dandelion. Ucapan penuh bahan bakar
penyemangat untuk hidupnya yang telah menjadi ide cemerlang untuk lukisannya
sekarang.
Manson memutar gagang pintu kamar
Dandeli, dan mendapati Dandeli yang sedang asik melukis sendirian. Matanya
mencari-cari keberadaan Sea disekeliling ruangan,nihil.
“HEI ANAK CACAT!” serunya.
Dandelion terkejut mendengar suara
gemuruh Manson yang penuh kemarahan, membuat kuasnya terpental jatuh kebawah
dan warna-warni cat yang tak sengaja tersenggol, tumpah dan meninggalkan noda
dimana-mana. Termasuk noda cipratan di atas lukisan yang dengan susah payah ia
buat selama dua hari tanpa tidur.
“Pa,,pa,,paman Manson,,?” Dandelion
tergagap ketika melihat Manson ada didalam kamarnya. Disaat bersamaan, Ibunda
Dandeli menyeruak masuk dan memunggungi Dandelion menjadikan tubuhnya benteng
pertahanan untuk Dandelion dari amukan kemarahan Manson.
“MINGGIR!! AKU INGIN BICARA DENGAN
ANAK CACAT INI!!!” Manson semakin meradang. Kali ini, Manson terlihat seperti
harimau yang sedang mengamuk. Inilah
Manson ketika ia merasa Sea sedang dalam keadaan yang tidak beres. Ia akan
melakukan apapun demi Sea.
“SUDAH KUBILANG! SEA TIDAK ADA
DISINI!!!” ibunda Dandelion tidak kalah lantangnya dari Manson. Ia juga sama
seperti Manson, tidak akan membiarkan putri tercintanya disakiti siapapun,
meskipun dia harus berkelahi dengan pria besar bertato jangkar dipelipis. Ia
tidak gentar.
Dandelion bingung melihat situasi
ini. Bagaimana tidak, ia yang selama dua hari ini asik melukis dengan tenang
dan penuh bunga-bunga bahagia karena terinspirasi oleh kalimat-kalimat indah
sahabatnya dua hari yang lalu, tiba-tiba saja dikejutkan dengan kehadiran
Pamannya Sea yang mengamuk.
Dengan penuh ketenangan, Dandelion
menarik lengan ibunya kesamping dan membisikkan “tidak apa-apa bu, biarkan
Paman Manson bicara denganku,, aku ingin tau ada apa,,”
Begitu Dandelion ada dihadapannya,
Manson langsung mencengkeram lengan Dandeli. Membuat tubuh Dandeli sedikit berguncang.
Mata Ibunda Dandeli geram melihat
Manson menyakiti putrinya. Tapi ia tidak bisa berbuat apapun, Dandeli dengan
lengan satunya lagi menyuruh ibunya mundur.
Manson mendekatkan wajahnya ke wajah
Dandelion, membuat Dandelion bisa melihat dengan jelas raut kemarahan yang
menyeramkan dari Paman sahabatnya itu, “Dimana kau sembunyikan anakku?”
“A,,aa,,aku tidak tau Paman,,” Dandelion
gemetar menahan tangis dan masih kebingungan akan apa yang terjadi.
“Kamu tidak tau? Tidak mungkin!
Seluruh Desa tau kau sering berkeliaran dengan anakku!” tanya Manson penuh
penekanan pada nada suaranya, namun semakin mengeraskan cengkramannya.
Dandelion merintih, “Aku memang
sering bertemu dengan Sea,,”
“NAHH!!” Manson akhirnya melepaskan
cengkramannya, dan beralih ke Ibunda Dandelion, “kau dengar sendiri? Anakmu sudah
mengakuinya!!!” ucapnya sambil menunjuk ke arah Dandelion.
“Dia hanya mengakui kalau dia dan
anakmu sering bertemu, tapi tidak menculiknya,,” Ibunda Dandelion membantah
tuduhan Manson.
Manson segera mengeluarkan benda
dari dalam saku celananya. Dan menggenggam benda itu dengan penuh kekesalan.
Dan menunjukkan benda itu tepat didepan wajah ibunda Dandeli.
Ibunda Dandeli tidak bisa berkata
apa-apa begitu benda itu tepat ada dihadapannya. Dia hanya melihat kearah
Dandelion dan memeriksa kaki Dandelion.
“Iya ibu,, itu gelang kakiku,, aku
sengaja memberikannya pada Sea, tapi aku tidak melakukan apapun terhadap Sea!
Aku berani sumpah bu! Aku tidak berbuat jahat pada Sea!” Dandeli merasa
terpojok dan mulai menangis.
“Kenapa kamu memberikannya pada Sea!
Itu benda peninggalan Ayahmu nak!!” Suara ibunda Dandeli serak karena kecewa akan sikap anaknya yang dengan
mudahnya memberikan satu-satunya peninggalan sang suami kepada orang lain.
“Lalu kenapa benda ini ada dikamar Sea?”
tanya Manson membutuhkan jawaban yang lebih akurat.
“Aku tidak tau paman, aku bertemu
dengannya dua hari yang lalu,, dan aku memberikan gelang kaki itu untuk Sea,
sebagai tanda terima kasihku karena selama ini dia sudi berteman denganku,
sedangkan orang lain tidak,,” Dandelion menjelaskan sambil terisak.
Manson tidak tega melihat Dandelion
si anak cacat albino itu menangis dihadapannya. Dia hampir lupa, kalau
Dandelion selama ini adalah sahabat dari Sea. Kemarahan yang bercampur
kekhawatiran membuatnya nyaris lupa akan kenyataan itu.
“Memangnya kenapa dengan Sea Paman?”
tanya Dandeli yang dari tadi masih belum tau keadaan sebenarnya.
Manson tersandar lemas ke tembok
kamar Dandeli, dia menjadi bingung. Kemarahannya yang meluap-luap mendadak
berubah menjadi kecemasan yang tidak tertahankan. “Sea hilang,, dia sudah dua
hari tidak ada dirumah,,” jelas Manson lemah.
Ibunda Dandeli terkejut mendengar
penjelasan Manson, dia juga sebenarnya tidak mengerti apa yang sedang terjadi,
dari tadi dia hanya sibuk memikirkan bagaimana menjaga putrinya dari amukan
badan besar Manson, sehingga tidak menyadari sebab dari permasalahan ini.
Dandelion terdiam. Masih tidak
mempercayai kalau sahabatnya ternyata hilang. Dan tidak menyangka kalau
pertemuannya dengan Sea kemarin itu bisa saja menjadi pertemuannya yang
terakhir.
Manson bangkit. Mengambil telapak tangan Ibunda Dandeli dari sisi kirinya dan menaruh gelang kaki Dandeli didalamnya. “Ini kukembalikan pada mu,,”
Manson bangkit. Mengambil telapak tangan Ibunda Dandeli dari sisi kirinya dan menaruh gelang kaki Dandeli didalamnya. “Ini kukembalikan pada mu,,”
“Tapi paman! Itu sudah kuberikan
untuk Sea,,” Dandeli memohon.
“Dengar nak,, aku tau persahabatanmu
dengan Sea itu dekat sekali,, tapi ini adalah peninggalan satu-satunya dari
ayahmu kan? Aku tidak mau Sea menerimanya, ini kukembalikan pada ibumu,,”
“Tidak paman,, aku mohon,,”
“Lagi pula Sea hilang,, dan dia
meninggalkan ini di tempat tidurnya,dia bahkan tidak mau memakainya,,” ucap
Manson tanpa menghiraukan perasaan Dandeli.
Dandelion hanya bisa termenung
mendengarkan kata-kata pelan namun dalam dari bibir Paman Sea. Tidak mungkin
Sea tidak mau memakai gelang itu. Pasti ada sesuatu.
“Maaf,, aku sudah membuat keributan
disini,, permisi,,”
Tepat ketika Manson hendak
meninggalkan ruangan, Dandelion teringat sesuatu.
“Tebing,,” ucapnya setengah
berbisik.
“Apa?” langkah Manson terhenti
mendengar kata-kata Dandelion.
Tanpa ragu dengan langkahnya yang
pincang. Dandeli melewati Manson berniat mencari Sea di tebing tempat dia dan
Sea biasa merenung. Ibunda Dandeli tidak bisa menahan anaknya untuk tidak
keluar rumah saat itu. Ia tau ini adalah saat yang genting, meskipun Manson
hari ini bersikap kasar dan tidak menyenangkan. Ia tau bagaimana rasanya
kehilangan orang yang kita cintai. Ibunda Dandeli tau, anaknya mengetahui
sesuatu.
Manson mengernyitkan dahi begitu
Dandeli melewatinya. Namun ia tetap mengikuti langkah pincang anak itu. Berharap
langkah pincang dan mantap itu membawanya ke Sea.
Ibunda Dandeli mengikuti
dibelakangnya.
Terpaan angin laut diwajah mereka
tidak membuat wajah kekhawatiran mereka menguap, justru semakin jelas
membentuk. Dandelion tidak tau apakah melakukan hal ini benar, ia sudah
berjanji pada sahabatnya itu untuk tidak memberitahukan siapa-siapa mengenai
tebing itu. Namun, dia terbentur dengan rasa khawatirnya terhadap keadaan Sea.
Setidaknya dia tidak membocorkan rahasia terbesar Sea, dia hanya membutuhkan
bantuan orang yang lebih kuat untuk ke tebing mencari Sea, dan itu adalah Paman
Manson.
Manson terperangah melihat kemana
Dandelion membawa mereka. Tidak habis fikir, bagaimana bisa mereka sampai
diatas sana.
“Paman,, mungkin Sea ada diatas
sana,,” tunjuk Dandeli.
Manson melihat kedalam mata anak
itu. Mencari-cari sesuatu, namun ia tidak menemukan apa-apa. Kemudian ia
memanjat keatas dengan susah payah dan sambil memikirkan, bagaimana cara Sea
bisa sampai diatas sana. Itu jika omongan si cacat itu benar. Tapi apa salahnya
dicoba, siapa tau dia benar, Sea ada disana. Diatas tebing terjal yang menjorok
kearah lautan nan dalam.
Walaupun angin kencang bertiup,
keringat Manson tetap menetes. Dibawah sana Dandeli menunggu dengan penuh
harap, dan Ibunda Dandeli cukup cemas dengan keadaan ini. Bulak balik dia
menatap kearah Dandeli dan mendongak ke atas khawatir kalau-kalau Manson
terjatuh, karena sudah beberapa kali kaki Manson tergelincir dan menyebabkan
kerikil-kerikil terjatuh. Jangan sampai orang besar itu yang terjatuh dan
menimpa dia serta anaknya. Sungguh merepotkan nantinya.
Berkali-kali Manson menyeka
keringatnya. Matanya mencari-cari mana lagi yang akan menjadi pegangannya dan
meraba-raba dengan kakinya yang besar mencari pijakan kuat untuk naik keatas,
sesekali gagal namun tangannya yang mencengkeram kuat telah menahannya untuk tidak terjatuh.
Sudah hampir sampai. Dia mulai berteriak memanggil-manggil nama Sea. Tapi tetap
tidak ada sahutan. Hanya angin yang malah membuat suaranya seperti melayang.
Begitu sampai diatas,, dia sempat
terkesima melihat pemandangan yang luar biasa. Namun ia teringat akan tujuan
dan usaha panjangnya sampai kemari. Dia ingin mencari Sea. Manson mulai
menyisir atas tebing tersebut. Terdapat goa kecil dipojokan tebing yang didepannya
terdapat bekas api unggun dan tulang-tulang ikan serta ranting ranting berserakan.
Manson kebingungan melihat itu semua. Mungkinkah Sea ada diatas sini? Melihat
medan yang terjal dan berbahaya, tidak mungkin fisik Sea bisa melewati itu
semua. Dia masuk kedalam Goa dan melihat kedalam, kosong tidak ada apa-apa
didalamnya. Hanya lagi-lagi ranting dan daun-daun seperti bekas alas untuk
duduk yang ada disana.
Manson memutar otak mencari-cari
bagaimana Sea bisa ada diatas sini. Seperti memang tidak mungkin Sea pernah ada
diatas sini. Tapi si pincang itu menunjukkan tempat ini. Dan tempat ini,, tidak
mungkin ada orang yang tau mengenai tempat ini. Jika saja si pincang tidak
memberitahunya, seumur hidup Manson tidak akan tau. Tempat ini tidak mungkin
terjamah siapapun. Lagi pula, siapa yang mau ber-rajin-rajin memanjat keatas
tebing dengan ketinggian yang melelahkan seperti ini. Manson harus mencari tau.
Dan kunci satu-satunya hanya ada di Dandelion.
Begitu sampai dibawah dengan susah
payah, Manson langsung menghampiri Dandeli.
Melihat wajah kekecewaan Manson dia
tau itu artinya apa, Sea tidak ada diatas. Dan Dandeli tau pertanyaan
selanjutnya yang akan diajukan padanya.
“Diatas aku menemukan
ranting-ranting pohon dan bekas-bekas bakaran ikan,, apakah kalian yang
membuatnya?” tanya Manson dalam.
Dandelion hanya tertunduk. Dia tidak
berani bersuara. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk memulai menjadi orang
bisu, pikirnya dalam hati. Ia akan tetap menjaga rahasia besar sahabatnya itu
sampai kapanpun. Ia akan bersikap sama seperti Sea, diam dan menjaga pertahanan
kerahasiaan ini.
“JAWAB!!!” teriak Manson geram
melihat sikap Dandelion.
“Hentikan Manson,, kau sudah membawa
anakku terlalu jauh untuk masalah ini,, dia tidak tau apa-apa!” Ibunda Dandeli
melerai keduanya. “Sudah nak,, kita pulang,,”
Sebenarnya Ibunda Dandeli tau jika
Dandeli tau sesuatu, namun ia tidak mau anaknya menjadi bulan-bulanan Manson.
Dari tadi ia sudah tidak tahan melihat anaknya di maki-maki tidak jelas. Ini
sudah cukup. Ibunda Dandeli kemudian membawa Dandeli pergi dari sana.
Manson kembali mendongak keatas lalu
melihat punggung dua manusia, ibu dan anaknya yang pincang pergi
meninggalkannya sendirian. Kali ini,, dia benar-benar merasakan sendirian tanpa
Sea. Dia sudah tidak tau lagi kemana harus mencari Sea. Hatinya pedih mengetahui
kenyataan itu. Apa mungkin Sea kembali kelaut tempat dia menemukannya dulu. Tapi
tidak mungkin,,, Sea tidak pernah ia ajarkan berenang dari kecil. Sea tidak bisa
berenang. Ia sengaja melakukan itu agar Sea tidak meninggalkannya.
Manson lututnya melemas. Mendadak menyesali
dirinya yang tidak mau mengajarkan Sea berenang, padahal dia tinggal didekat laut.
Dia menyadari, tidak mengajarkan Sea berenang sama saja membunuh anaknya. Bagaimana
jika Sea terjatuh ke laut? Dan tenggelam tersapu ombak?
Air mata Manson menetes. Dia menyadari
kesalahannya selama ini. Ingatannya kembali pada hari-harinya bersama Sea. Anak
gadisnya yang belia dan cantik, kulitnya bercahaya jika terpapar matahari. Matanya
yang biru dan indah,rambut ikal hitam legam dan panjang, banyak laki-laki desa yang
mendekatinya untuk sekedar bisa bercakap atau melihat Sea langsung dirumah. Berbasa-basi
minta diajarkan ilmu melaut. Padahal mereka sudah lihai melakukannya. Beruntung
sikap Sea yang dingin dan pendiam terhadap mereka, membuat Manson lebih mudah bersikap.
Sikap diam Sea sangat membantunya dalam usaha mengusir mereka secara halus.
Manson kali ini belajar dari kesalahan
terbesarnya. Apa yang ia genggam terlalu erat justru malah hilang begitu saja.
to be continue
-winda-