Nov 10, 2013

Media Sosial dan cara sisi lain melihat,,

"Semua orang punya pemikiran masing-masing,,
bagaimana dia berfikir,,
bagaimana dia membuat keputusan,,
dan bagaimana dia mencari kenyamanan,,
itu ada di sebuah kotak bernama karakter,,
karena setiap orang, berbeda,,"

Beberapa waktu belakangan ini, saya mencoba menjadi orang yang menyebalkan menurut versi saya. Bukan untuk saya mengintimidasi atau merendahkan, tapi karena saya ingin melihat sisi pandang yang lain dari biasanya yang saya lihat. 

Suatu waktu saya merasa terganggu dengan beberapa yang rutin setiap waktu mengganti-ganti status dimedia sosial. Beberapa ada yang membuat saya menjadi salah paham dan berfikiran negatif, apakah 'status-status' itu ditujukan untuk saya atau bukan. Berbagai macam racun pemikiran mulai hinggap dikepala saya. Dan keluarlah sifat sarkastic saya dan 'SOK PALING TAHU' dari dalam diri saya. Saya mulai lupa diri dan merasa berhak menjadi juri dalam hidup mereka yang sebentar-sebentar ganti status media sosial. Saya bahkan lupa diri, kalau dulunya, saya juga seperti mereka, yang sering kali ganti-ganti status. Membuat sebal, memang. Tapi proses dari buruk ke baik itu selalu ada.

Untuk sebagian orang, sikap ganti-ganti status di media sosial itu adalah hal wajar. Tapi tidak untuk sebagian lain. Sebagian ada yang menganggapnya kurang kerjaan lah, atau malah disebut sebuah penyakit kejiwaan. Kalau menurut saya sendiri, itu adalah karakter. 

Belakangan ini, entah kenapa, saya mencoba untuk kembali kemasa dimana saya menjadi orang yang suka gonta ganti status. Sebentar-sebentar recent update. Mengupdate hal-hal tidak penting sampai yang memancing emosi orang lain. Eksperimen brutal buat saya. Eksperimen yang aneh, memang. Terus kenapa? Toh saya melakukan ini bukan untuk merugikan orang lain, saya melakukan ini hanya untuk mencari sudut pandang berbeda dari yang biasa saya lihat. 

Terbukti, dari saya melakukan hal tersebut. Banyak beberapa dari mereka yang mulai menunjukkan reaksi. Ada yang balas dengan sindiran-sindiran. Ada yang menjadikannya sebagai bahan tertawaan dan celaan, bahkan ada yang bersikap sama seperti saya jika saya ada disudut pandang saya sebelumnya. Semuanya bermacam-macam. 

Dari hal ini, saya mengambil kesimpulan. Kenapa juga kita ikut larut akan suasana hati orang lain? Biasanya yang seringkali kita update dalam status media sosial itu adalah suasana hati, ya kan? Nah,, dia punya suasana hati, dan kita juga punya sendiri suasana hati kita yang saat itu sedang kita alami. Buat apa coba kita malah ikut larut dalam suasana hati orang lain hanya karena kita membaca statusnya di media sosial? Baca ya baca aja kan? Yang penting jangan ikutan.

Semua itu kembali kepada dua pilihan. berfikir baik atau buruk. Itu menjadi pembelajaran saya sekarang-sekarang ini. Saya sama seperti kebanyakan, manusia yang selalu mengulang kesalahan yang sama. Manusia yang punya sifat 'devil bertanduk' dalam diri saya. Tapi bukankah kita punya pilhan? Mau mikir yang jelek atau yang bagus? Mikir jelek ujung-ujungnya saya jadi manusia menyebalkan yang sok tau dan bergaya seperti tau segalanya dan merasa berhak menilai keburukan orang lain tanpa saya berkaca akan keburukan saya sendiri. Atau saya bisa berfikir baik, dan membuat saya lebih bisa menikmati hidup saya? Itu pilihan ada di benak kita masing-masing. 

Terkadang saya bahkan melihat 'pencitraan' diantara itu semua. Ada beberapa yang seperti malaikat dan menganggap yang lain tidak ada yang sesempurna dia. Bagi saya,, Citra itu ada dalam kebiasaan kita bersikap dan menentukan keputusan. Kembali lagi ke keputusan baik atau buruk. Bukan sekedar kata-kata yang seperti saya sedang tulis saat ini. Semua itu kembali ke bagaimana kita menentukan keputusan. Berfikir baik atau tidak baik. Mau menjadi yang bermanfaat atau yang jahat? 

Bukan maksud saya mengajarkan atau menjadi paling benar dengan menulis dan curhat seperti ini. Tapi ini adalah apa yang ada dipandangan saya,, dan pastinya, tidak semuanya harus dibenarkan. Tanpa maksud menyindir siapapun, saya menulis ini hanya untuk menjadi pengingat saya jika saya suatu saat mengulang kesalahan yang sama lagi. Kesalahan dimana saya merasa berhak menjadi juri keseharian orang lain tanpa terlebih dulu saya berkaca akan kekurangan saya sendiri. Toh ini semua tentang proses. Segala hal kan butuh proses. Apapun itu, proses selalu menjadi bagian didalamnya. 

Jadi, sekarang pembelajaran penting menampakkan diri didepan saya. Mengatur ulang pola pikir dalam kepala saya, menjadi hal-hal yang baik. Bukan sekedar menuding, menyindir, dan ikut campur dalam hidup orang lain yang bahkan kita tidak tau masa lalunya yang membuatnya seperti itu. 

Kamu bisa lihat bumi dan langit kan?
Dua hal yang sangat berbeda karakter,, 
Namun masing-masing saling memenuhi kebutuhan manusia yang ada ditengah-tengah mereka. Menjadi bermanfaat satu sama lain. Keharmonisan yang seharusnya kita tiru.


"Setiap masing-masing pemikiran kita, cuma punya dua pilihan,,
berfikir yang buruk,,
atau 
berfikir yang baik-baik,,?"

sumber gambar : richocet.com




0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Blogger templates

 
;