sumber gambar : www.123rf.com
Sea terperangah begitu sampai di
sebuah tempat ditengah pulau, yang kata laki-laki dihadapannya itu adalah
tempat tinggalnya. Pantas dia tidak menyadari keberadaan tempat ini tadi malam
sewaktu ia memastikan kalau tidak ada penghuni dipulau kecil ini. Tempat ini
sangat tersembunyi dari pandangan pantai. Didesanya tidak ada tempat tinggal
yang semenakjubkan ini. Dengan berdasarkan yang diamati oleh Sea, tempat
tinggal orang ini terdiri dari ruangan kotak-kotak yang sederhana namun mewah.
Ada yang dibatasi oleh dinding-dinding bata dan ada juga yang dibatasi oleh
dinding kaca, sehingga kita bisa melihat kegiatan apapun diruangan itu.
Perabot-perabot yang digunakan diruangan itu pun terlihat luar biasa menurut
Sea, tidak seperti yang ada dirumah pamannya yang hampir semuanya terbuat dari
kayu yang tua dimakan usia.
Samudra menghentikan langkahnya
tiba-tiba, membuat Sea yang mengikutinya di belakang nyaris menabrak punggung
laki-laki itu.
“Jadi tadi kamu bilang namamu Sea?”
tanya Samudra sekali lagi.
Sea mengangguk.
“Dari mana asalmu? Kenapa bisa
sampai ada disini?” Samudra melipat tangannya didepan dada, menunggu jawaban
dari Sea.
Sea benar-benar tidak siap menjawab pertanyaan
mendadak seperti ini. Dirinya memaksa memutar otak dengan cepat dan
mencari-cari jawaban yang tepat. “Kapalku karam,,” jawabnya sekenanya.
Sepertinya Samudra tidak begitu puas
dengan jawaban Sea, dia menatap mata Sea mencari tau kejujuran dari mata indah
itu, hal ini membuat Sea menjadi salah tingkah.
“Asalmu?”
“Aku lapar!” Sea buru-buru
mengalihkan perhatian Samudra dari pertanyaan-pertanyaan yang sederhana namun
tidak bisa dijawab olehnya.
Samudra menarik nafas panjang dan
mempersilahkan Sea masuk keruang makan yang menyatu dengan dapur. Lagi-lagi Sea
terperangah, menurutnya tempat itu benar-benar menakjubkan. Semuanya tertata dengan
teratur dan solid. Seperangkat meja makan dan disisi kanannya ada dapur yang
terlihat sebuah bar kecil didalamnya. Sea membandingkan bar yang ada di desanya
dan yang dihadapannya. Yang dihadapannya bar yang kecil namun tidak ada jenis
minuman apapun disitu, yang ada hanya beberapa toples makanan dan sekeranjang
kecil buah-buahan serta botol-botol minum kosong yang diisi pasir berwarna
hitam putih.
Samudra mempersilahkan Sea duduk
disalah satu kursi bar yang ada disitu. Sementara ia dengan segera menyiapkan
makanan lezat untuk Sea. Sea dapat melihat kalau laki-laki itu pandai memasak.
Wangi harum menyeruak ketika ia memasukkkan sesuatu kedalam masakan yang akan
disajikan untuk Sea. Membuat perut Sea mulai memberontak segera minta diisi.
“Aku Sea,,” ucap Sea memecah suara
desis masakan.
Laki-laki itu hanya menoleh
sebentar, “kamu sudah memberitahuku tadi di pantai,,”.
“Kamu siapa?” tanya Sea.
Laki-laki itu kembali menoleh dan
agak sedikit lama kini menatap Sea. Sea memberanikan diri membalas tatapan laki-laki
itu. Instingnya mengatakan, siapa yang bertahan menatap lebih lama, dia yang
menang.
Samudra tidak mengerti apa yang
sedang dilakukan oleh wanita yang ada dihadapannya ini. Tadi dia tampak seperti
manusia yang butuh bantuan dan pemalu, namun kini terlihat seperti wanita yang
menantang perang.
“Aku Samudra,,,” jawabnya mengalah
dan kembali melanjutkan kegiatan memasakkan makanan untuk tamu mendadaknya ini.
Sea mengerutkan kening kesal. “aku
serius!”
Samudra terheran-heran dengan sikap Sea.
“Siapa namamu?” tanya Sea lagi.
Samudra lalu menatap penuh keheranan
ke arah Sea dan dengan penuh penekanan mengeja huruf dari namanya. “S A M U D R
A,,, Samudra,, namaku Samudra,, masalah?”
“Jangan karena namaku Sea, lalu kamu
langsung mengganti namamu jadi Samudra!”
Jadi itu masalahnya! Pikir Samudra.
“Siapa namamu?” tanya Sea lagi.
“SAM! Ok? Puas?” lagi-lagi Samudra
mengalah. Malas ribut dengan manusia asing terlantar yang kelaparan, apalagi
manusia asing itu seorang w-a-n-i-t-a.
***
Sea bodoh! Bagaimana bisa kamu tidak
menyadari ada orang lain dipulau ini. Ingat Sea, jangan sampai Sam tau siapa
kamu sebenarnya, atau kamu akan dikembalikan ke desa. Dan kamu tidak akan bisa
mengarungi samudra untuk sebuah jawaban penting! Aku harus mencari cara agar
bisa keluar dari pulau ini, tanpa sepengetahuan Sam. Tapi bagaimana? Kalau
tiba-tiba aku menghilang dan menyelam ke lautan, dia pasti menaruh curiga. Aku
tau Sam bukanlah manusia yang bisa ku bodohi. Ya tuhan,, bagaimana ini?
“Ini makananmu,,” Sam menaruh piring
berisi masakannya dihadapanku.
Aku langsung melahapnya, tidak
kupungkiri kalau aku kelaparan.
“Aku akan menyediakan pakaian bersih
untukmu diruangan itu, setelah makan nanti, kamu bersihkan dirimu dan istirahat
diruangan itu,,” tunjuk Sam pada sebuah ruangan yang entah ruangan apa. Kamar
mungkin.
Aku mengangguk.
Dia kemudian masuk keruangan yang
dia tunjuk tadi, tidak lama kemudian keluar tanpa terpengaruh dengan
keberadaanku.
“Tunggu! Sam! Kamu mau kemana?”
tahanku masih dengan mulut penuh.
“Menyelam,,”
“Jadi aku kamu tinggal sendiri
disini? Kamu yakin tidak akan ada barang yang hilang nantinya?”
Sam tersenyum sinis. “Memangnya kamu
bisa kabur dari sini?”
Omongannya membuatku tersedak. Sam
langsung keluar.
Omongan Sam membuatku semakin putus
asa. Bagaimana caraku keluar dari sini tanpa dia tau identitasku sebenarnya.
Lagi pula, maksud kata-katanya barusan itu mengancam atau meremehkan sih? Bisa
saja aku langsung menyelam kedalam lautan dan menghilang begitu saja. Tapi Sam sudah melihat wajahku. Kalau dia sampai
lapor ke polisi laut dan ternyata polisi juga sudah mendapat laporan orang
hilang dari pamanku. Hah bisa panjang urusannya. Aku harus menyusun rencana
sebaik mungkin. Jangan sampai gagal. Untuk sementara sebaiknya aku
mengulur-ulur waktu agar Sam tidak terlalu ingin tau identitasku.
Cepat-cepat
aku habiskan makananku, lalu segera menuju kamar tempat Sam sudah menyediakan
pakaian bersih.
***
Sam
kembali sibuk dengan peralatan menyelamnya. Dia tidak begitu khawatir dengan
keberadaan Sea ditempat tinggalnya. Dia tau Sea tidak mungkin berani
macam-macam disini. Pulau terpencil yang sekelilingnya lautan dalam tanpa
transportasi laut apapun. Tunggu dulu. Sam mengurut pelipisnya. Berfikir, bagaimana
wanita itu bisa sampai disini? Kapal karam katanya? Hah! Lalu bagaimana dia
bisa berenang sejauh ini? Memangnya dimana kapalnya karam? Dimana korban
lainnya? Atau jangan-jangan ada orang lain yang mengantarkannya kesini? Tapi
siapa yang bisa tau pulau ini? Pulau ini tidak akan muncul dipeta manapun!
Sam
lagi-lagi mempreteli peralatan selamnya, dan kembali kerumah. Dia harus
menanyakan hal ini ke Sea.
Sea? Laut? Ya,, dia memang pantas
disebut Sea! Laut, tepatnya, siluman laut,, w a n i t a. Hah! Kenapa harus ada
wanita dipulauku!
Sam langsung buru-buru kembali merangsek
masuk kedalam pulau. Sepanjang perjalanan pulang, dia sibuk memikirkan dan
sibuk mengenyahkan pikiran-pikiran aneh tentang Sea. Bagaimana tidak, ada
seorang wanita yang bisa dibilang cantiknya luar biasa, terdampar dipulau ini
dengan keadaan sehat dan mulus tanpa luka apapun! Sementara sekeliling pulau
ini adalah lautan dalam dan tanpa helikopter yang diparkir dilandasan kecil
buatannya, ia tidak akan bisa menemukan pulau ini. Aneh.
***
Setelah
membersihkan tubuhku sambil terkagum-kagum akan sumber mata air yang bisa
mengeluarkan air hangat yang mengalir, dan memakai pakaian bersih kebesaran
yang disediakan oleh Sam diatas tempat tidur. Aku berkeliling melihat-lihat,
sambil mempelajari situasi dan celah untuk mengatur cara agar bisa segera menghilang
dari sini. Ya, aku tau, aku bukan tahanan disini. Tapi aku tidak bisa seenaknya
langsung pergi begitu saja tanpa sebuah alasan yang bagus. Bisa-bisa Sam tau
siapa aku.
Ada
sebuah bola kaca kecil yang didalamnya ada air dan pasir yang berterbangan didalamnya.
Aku mengamatinya dan untuk kesekian kalinya terkagum-kagum akan benda-benda
yang ada disini. sampai tiba-tiba Sam datang dan membuyarkan kekagumanku.
Membuat bola kaca berisi pasir itu jatuh dan pecah.
“PRANG!!”
Aku
terkejut akan kedatangan Sam yang tiba-tiba. Aku tidak menyukai ekspresi
wajahnya.
“Jangan
sentuh apapun disini!” ia menarik tanganku dan menyuruhku duduk di tempat tadi
aku menghabiskan makanan. Aku tau apa yang akan dia katakan.
“Jadi,,
sekarang juga,, jelaskan bagaimana kamu bisa sampai disini?” Sam memutar
kursiku menghadap tepat kewajahnya. Dia mengatakan itu dengan penuh penekanan.
Seperti orang yang sedang frustasi.
“Ta,,
tadi sudah aku katakan,, kalau kapalku karam,,” ucapku terbata-bata.
“Oke,,
kapalmu karam,, dimana? Bagaimana kamu bisa sampai dipulau ini tanpa luka
sedikitpun? Bagaimana sampai kapalmu bisa karam? Dimana korban kapal karam yang
lainnya? Hah?”
Aku
bingung menjawab serentetan pertanyaan Sam. Kepalaku mulai penuh. Dadaku
kembali sesak. Bayangan-bayangan dan bisikan-bisikan itu kembali hadir. Ya
Tuhan,, jangan sekarang. Aku mohon, aku tidak ingin Sam tau. Bisikan-bisikan itu
malah memyuruhku memberitahu Sam. Tidak mungkin! Kepalaku mulai merasakan sakit
yang luar biasa. Dadaku semakin sesak dan bayangan itu semakin merasuk berganti-ganti
dikepalaku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih Sam sedang ada dihadapanku.
Aku mulai melemah. Tenagaku mendadak hilang. Aku menyerah, aku biarkan bayangan-bayangan
itu menguasaiku. Hanya terdengar Sam yang memanggil-manggilku, suaranya jauh. Aku
makin larut akan bayangan-bayangan yang muncul. Aku mulai masuk kesana. Dan semuanya
mulai menghitam
-to be continued-