Nov 10, 2013

SEA - Unpredictable. --- 4


sumber gambar : www.123rf.com              

Sea terperangah begitu sampai di sebuah tempat ditengah pulau, yang kata laki-laki dihadapannya itu adalah tempat tinggalnya. Pantas dia tidak menyadari keberadaan tempat ini tadi malam sewaktu ia memastikan kalau tidak ada penghuni dipulau kecil ini. Tempat ini sangat tersembunyi dari pandangan pantai. Didesanya tidak ada tempat tinggal yang semenakjubkan ini. Dengan berdasarkan yang diamati oleh Sea, tempat tinggal orang ini terdiri dari ruangan kotak-kotak yang sederhana namun mewah. Ada yang dibatasi oleh dinding-dinding bata dan ada juga yang dibatasi oleh dinding kaca, sehingga kita bisa melihat kegiatan apapun diruangan itu. Perabot-perabot yang digunakan diruangan itu pun terlihat luar biasa menurut Sea, tidak seperti yang ada dirumah pamannya yang hampir semuanya terbuat dari kayu yang tua dimakan usia.
Samudra menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuat Sea yang mengikutinya di belakang nyaris menabrak punggung laki-laki itu.
“Jadi tadi kamu bilang namamu Sea?” tanya Samudra sekali lagi.
Sea mengangguk.
“Dari mana asalmu? Kenapa bisa sampai ada disini?” Samudra melipat tangannya didepan dada, menunggu jawaban dari Sea.
 Sea benar-benar tidak siap menjawab pertanyaan mendadak seperti ini. Dirinya memaksa memutar otak dengan cepat dan mencari-cari jawaban yang tepat. “Kapalku karam,,” jawabnya sekenanya.
Sepertinya Samudra tidak begitu puas dengan jawaban Sea, dia menatap mata Sea mencari tau kejujuran dari mata indah itu, hal ini membuat Sea menjadi salah tingkah.
“Asalmu?”
“Aku lapar!” Sea buru-buru mengalihkan perhatian Samudra dari pertanyaan-pertanyaan yang sederhana namun tidak bisa dijawab olehnya.
Samudra menarik nafas panjang dan mempersilahkan Sea masuk keruang makan yang menyatu dengan dapur. Lagi-lagi Sea terperangah, menurutnya tempat itu benar-benar menakjubkan. Semuanya tertata dengan teratur dan solid. Seperangkat meja makan dan disisi kanannya ada dapur yang terlihat sebuah bar kecil didalamnya. Sea membandingkan bar yang ada di desanya dan yang dihadapannya. Yang dihadapannya bar yang kecil namun tidak ada jenis minuman apapun disitu, yang ada hanya beberapa toples makanan dan sekeranjang kecil buah-buahan serta botol-botol minum kosong yang diisi pasir berwarna hitam putih.
Samudra mempersilahkan Sea duduk disalah satu kursi bar yang ada disitu. Sementara ia dengan segera menyiapkan makanan lezat untuk Sea. Sea dapat melihat kalau laki-laki itu pandai memasak. Wangi harum menyeruak ketika ia memasukkkan sesuatu kedalam masakan yang akan disajikan untuk Sea. Membuat perut Sea mulai memberontak segera minta diisi.
“Aku Sea,,” ucap Sea memecah suara desis masakan.
Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, “kamu sudah memberitahuku tadi di pantai,,”.
“Kamu siapa?” tanya Sea.
Laki-laki itu kembali menoleh dan agak sedikit lama kini menatap Sea. Sea memberanikan diri membalas tatapan laki-laki itu. Instingnya mengatakan, siapa yang bertahan menatap lebih lama, dia yang menang.
Samudra tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh wanita yang ada dihadapannya ini. Tadi dia tampak seperti manusia yang butuh bantuan dan pemalu, namun kini terlihat seperti wanita yang menantang perang.
“Aku Samudra,,,” jawabnya mengalah dan kembali melanjutkan kegiatan memasakkan makanan untuk tamu mendadaknya ini.
Sea mengerutkan kening kesal. “aku serius!”
Samudra terheran-heran dengan sikap Sea.
“Siapa namamu?” tanya Sea lagi.
Samudra lalu menatap penuh keheranan ke arah Sea dan dengan penuh penekanan mengeja huruf dari namanya. “S A M U D R A,,, Samudra,, namaku Samudra,, masalah?”
“Jangan karena namaku Sea, lalu kamu  langsung mengganti namamu jadi Samudra!”
Jadi itu masalahnya! Pikir Samudra.
“Siapa namamu?” tanya Sea lagi.
“SAM! Ok? Puas?” lagi-lagi Samudra mengalah. Malas ribut dengan manusia asing terlantar yang kelaparan, apalagi manusia asing itu seorang w-a-n-i-t-a.

***

Sea bodoh! Bagaimana bisa kamu tidak menyadari ada orang lain dipulau ini. Ingat Sea, jangan sampai Sam tau siapa kamu sebenarnya, atau kamu akan dikembalikan ke desa. Dan kamu tidak akan bisa mengarungi samudra untuk sebuah jawaban penting! Aku harus mencari cara agar bisa keluar dari pulau ini, tanpa sepengetahuan Sam. Tapi bagaimana? Kalau tiba-tiba aku menghilang dan menyelam ke lautan, dia pasti menaruh curiga. Aku tau Sam bukanlah manusia yang bisa ku bodohi. Ya tuhan,, bagaimana ini?
“Ini makananmu,,” Sam menaruh piring berisi masakannya dihadapanku.
Aku langsung melahapnya, tidak kupungkiri kalau aku kelaparan.
“Aku akan menyediakan pakaian bersih untukmu diruangan itu, setelah makan nanti, kamu bersihkan dirimu dan istirahat diruangan itu,,” tunjuk Sam pada sebuah ruangan yang entah ruangan apa. Kamar mungkin.
Aku mengangguk.
Dia kemudian masuk keruangan yang dia tunjuk tadi, tidak lama kemudian keluar tanpa terpengaruh dengan keberadaanku.
“Tunggu! Sam! Kamu mau kemana?” tahanku masih dengan mulut penuh.
“Menyelam,,”
“Jadi aku kamu tinggal sendiri disini? Kamu yakin tidak akan ada barang yang hilang nantinya?”
Sam tersenyum sinis. “Memangnya kamu bisa kabur dari sini?”
Omongannya membuatku tersedak. Sam langsung keluar.
Omongan Sam membuatku semakin putus asa. Bagaimana caraku keluar dari sini tanpa dia tau identitasku sebenarnya. Lagi pula, maksud kata-katanya barusan itu mengancam atau meremehkan sih? Bisa saja aku langsung menyelam kedalam lautan dan menghilang begitu saja. Tapi  Sam sudah melihat wajahku. Kalau dia sampai lapor ke polisi laut dan ternyata polisi juga sudah mendapat laporan orang hilang dari pamanku. Hah bisa panjang urusannya. Aku harus menyusun rencana sebaik mungkin. Jangan sampai gagal. Untuk sementara sebaiknya aku mengulur-ulur waktu agar Sam tidak terlalu ingin tau identitasku.
                Cepat-cepat aku habiskan makananku, lalu segera menuju kamar tempat Sam sudah menyediakan pakaian bersih.

***
               
                Sam kembali sibuk dengan peralatan menyelamnya. Dia tidak begitu khawatir dengan keberadaan Sea ditempat tinggalnya. Dia tau Sea tidak mungkin berani macam-macam disini. Pulau terpencil yang sekelilingnya lautan dalam tanpa transportasi laut apapun. Tunggu dulu. Sam mengurut pelipisnya. Berfikir, bagaimana wanita itu bisa sampai disini? Kapal karam katanya? Hah! Lalu bagaimana dia bisa berenang sejauh ini? Memangnya dimana kapalnya karam? Dimana korban lainnya? Atau jangan-jangan ada orang lain yang mengantarkannya kesini? Tapi siapa yang bisa tau pulau ini? Pulau ini tidak akan muncul dipeta manapun!
                Sam lagi-lagi mempreteli peralatan selamnya, dan kembali kerumah. Dia harus menanyakan hal ini ke Sea.
Sea? Laut? Ya,, dia memang pantas disebut Sea! Laut, tepatnya, siluman laut,, w a n i t a. Hah! Kenapa harus ada wanita dipulauku!
Sam langsung buru-buru kembali merangsek masuk kedalam pulau. Sepanjang perjalanan pulang, dia sibuk memikirkan dan sibuk mengenyahkan pikiran-pikiran aneh tentang Sea. Bagaimana tidak, ada seorang wanita yang bisa dibilang cantiknya luar biasa, terdampar dipulau ini dengan keadaan sehat dan mulus tanpa luka apapun! Sementara sekeliling pulau ini adalah lautan dalam dan tanpa helikopter yang diparkir dilandasan kecil buatannya, ia tidak akan bisa menemukan pulau ini. Aneh.

***
                Setelah membersihkan tubuhku sambil terkagum-kagum akan sumber mata air yang bisa mengeluarkan air hangat yang mengalir, dan memakai pakaian bersih kebesaran yang disediakan oleh Sam diatas tempat tidur. Aku berkeliling melihat-lihat, sambil mempelajari situasi dan celah untuk mengatur cara agar bisa segera menghilang dari sini. Ya, aku tau, aku bukan tahanan disini. Tapi aku tidak bisa seenaknya langsung pergi begitu saja tanpa sebuah alasan yang bagus. Bisa-bisa Sam tau siapa aku.
                Ada sebuah bola kaca kecil yang didalamnya ada air dan pasir yang berterbangan didalamnya. Aku mengamatinya dan untuk kesekian kalinya terkagum-kagum akan benda-benda yang ada disini. sampai tiba-tiba Sam datang dan membuyarkan kekagumanku. Membuat bola kaca berisi pasir itu jatuh dan pecah.
                “PRANG!!”
                Aku terkejut akan kedatangan Sam yang tiba-tiba. Aku tidak menyukai ekspresi wajahnya.
                “Jangan sentuh apapun disini!” ia menarik tanganku dan menyuruhku duduk di tempat tadi aku menghabiskan makanan. Aku tau apa yang akan dia katakan.
                “Jadi,, sekarang juga,, jelaskan bagaimana kamu bisa sampai disini?” Sam memutar kursiku menghadap tepat kewajahnya. Dia mengatakan itu dengan penuh penekanan. Seperti orang yang sedang frustasi.             
                “Ta,, tadi sudah aku katakan,, kalau kapalku karam,,” ucapku terbata-bata.
                “Oke,, kapalmu karam,, dimana? Bagaimana kamu bisa sampai dipulau ini tanpa luka sedikitpun? Bagaimana sampai kapalmu bisa karam? Dimana korban kapal karam yang lainnya? Hah?”
                Aku bingung menjawab serentetan pertanyaan Sam. Kepalaku mulai penuh. Dadaku kembali sesak. Bayangan-bayangan dan bisikan-bisikan itu kembali hadir. Ya Tuhan,, jangan sekarang. Aku mohon, aku tidak ingin Sam tau. Bisikan-bisikan itu malah memyuruhku memberitahu Sam. Tidak mungkin! Kepalaku mulai merasakan sakit yang luar biasa. Dadaku semakin sesak dan bayangan itu semakin merasuk berganti-ganti dikepalaku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih Sam sedang ada dihadapanku. Aku mulai melemah. Tenagaku mendadak hilang. Aku menyerah, aku biarkan bayangan-bayangan itu menguasaiku. Hanya terdengar Sam yang memanggil-manggilku, suaranya jauh. Aku makin larut akan bayangan-bayangan yang muncul. Aku mulai masuk kesana. Dan semuanya mulai menghitam


-to be continued-

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Blogger templates

 
;