Janji yang berwarna
pelangi itu,,
Kini ada disini, dihadapanku,,
Siap untuk kubaurkan,,
Janji ketika semua
manis dan belum berkelok,,
Ketika semua indah
saat ramai celoteh kita bercengkrama dengan gelak tawa,,
Ketika semua masih
dalam satu alur yang membawa mimpi bersama menguap ke atas untuk tergapai,,
Ketika kesulitan dan
kesenangan kita masih berada digaris yang sama,,
Ketika tidak ada
prasangka rebut atau memperebutkan,,
Ketika saling
menghargai menjadi tiang yang mempererat,,
Ketika kesalahpahaman
lebur menjadi kata maaf,,,
Ketika dukungan
selalu ada digenggaman kita dan siap diberikan kepada yang tidak meminta,,
Jarak dan Waktu membuat
janji berwarna pelangi itu hanya menjadi ingatan,,
Menjadi ingatan yang
membuat lubang kosong dan terkucilkan,,
Sekarang,,
Janji yang berwarna
pelangi itu,,
Kini ada disini, dihadapanku,,
Siap untuk kubaurkan,,
Bukan lagi menjadi
pelangi,,
Menjadi warna,,
Merah,, Jingga,,
Kuning,, Hijau,, Biru,, Nila,, dan terakhir Ungu,,
Simbol individu
kita,,
Aku menyudahi catatanku. Menarik
nafas panjang dan melihat keluar jendela. Langit masih beriringan diluar
sana,perlahan dan pasti berpindah tempat. Menyadarkanku, bahwa apapun yang
diciptakan tuhan pasti akan selalu bergerak. Entah bergerak maju atau mundur.
Tergantung dari apa yang sudah kita usahakan.
Aku Dea, seorang yang baru saja
merasa kecewa dengan keadaan. Kecewa dengan apa yang sudah kunilai berharga
ternyata mengecewakanku. Kecewa dengan apa yang kubangga-banggakan, ternyata
mencemoohkanku. Kecewa dengan apa yang kujunjung dengan arti kata solidaritas,
ternyata hanya kepura-puraan.
“De,, yuk pulang!” ajak Tiar.
Aku masih asik memperhatikan
gerak awan dan menerka-nerka bentuk awan diatas sana.
“Ayo! Gue laper ni De,,” ajak
Tiar lagi.
“Yuk,,” sahutku terperangah sambil
membenahi segala atribut ini.
Diperjalanan kami menuju kantin,
Dea seperti bisa membaca apa isi kepalaku ini.
“Udah,, ga usah dipikirin,,”
ujarnya santai.
Aku hanya menyunggingkan senyum
terpaksa dihadapannya.
“Ayo doong semangat,, Mana nih
Dea temen gue yang selalu punya semangat tempur melebihi semangat tempur
pasukan irak?” Celetuknya.
Kali ini aku benar-benar tertawa
mendengar kata-katanya.
“Lo bisa aja yar,,”
“Heheee,, eh tapi gue ga nyangka
De,, asli deh beneran,komennya tuh ga pantes aja keluar dari mulut dari seorang
temen,, bukannya lo temenan lumayan deket ya sama dia? Kata lo sering hang out
bareng sama dia? Kok bisa gitu?
”Ga
papa lah Yar,, itu namanya demokrasi,, hak asasi manusia kan mengemukakan
pendapat dimanapun? Lagian juga itu masalah selera, ga mungkin gw maksain
selera gue ke dia atau ke elo? Ya kan?”
“Selera
sih selera,, tapi bukan kaya gitu juga caranya,, dimana-mana,yang namanya temen
itu saling mendukung, meskipun selera kita beda,selama itu positif dan
membangun cita-cita,kenapa engga?”
“Iya,,
Cuma,, Gue sih nganggepnya itu kritikan aja buat gue,,”
“Deaaaaa,,
lo tuh! Aduhhh susah deh ngasih tau lo! Ini yang bikin gw geregatan sama sikap
lo,, pantesan aja lo tuh digampangin sama temen-temen lo!”
“Jangan
gituuu dong Tiaaaaarrrr,,, lo kan juga temen gue,, brarti lo ngegampangin gue
dong!”
“Denger
ya! Kritik sama TIDAK MENGHARGAI itu berbeda! Kalau kritik itu, orang yang
komen mengenai kita,itu pengen kita lebih baik lagi dimasa mendatang,, sedangkan
kalau tidak menghargai, ya kaya temen lo itu! Ga tau apa isinya, tiba-tiba
ngejudge kalau karya lo ga jelas! Dia bahkan ga pernah liat karya lo apaan!
Sumpah gue yang jadi emosi,,”
“Mungkin
selera yang beda kali Yar,,”
“Seperti
yang gue bilang sebelumnya,, Selera boleh beda, tapi bukan berarti selera yang
diluar selera kita itu ga bagus!”
“Iya,,”
“Gini deh,, emangnya lo ga bisa
nilai? Siapa yang selalu ada disamping lo saat kesulitan dan siapa yang hanya
mau ada disamping lo ketika seneng-seneng aja? Kalau gue jadi lo,, gue pasti tau
nantinya nama siapa-siapa aja yang akan ada di kata pengantar buku gue kalo
terbit,,”
“Hah? Siapa yar? Gue yah pliiiisss,,, hehehee” aku merengek seperti seorang anak kecil minta dibelikan mainan pada ibunya.
“Yang pasti,, mereka yang enggan
ada disamping gue ketika gue susah,, Ga pantes ada disamping gue ketika gue
jaya! Yang namanya temen itu saling mendukung dan terpenting saling menghargai De,, kalo udah ga ada saling menghargai, itu namanya bukan seorang teman,, tapi hanya saling kenal,,thats it!”
***
"Teman,masing-masing memiliki tempat tersendiri dihati ini,,"
with love for u all
-winda-
1 komentar:
inspirational!
Post a Comment