May 17, 2013

Saling menghargai,,




Janji yang berwarna pelangi itu,,
Kini ada disini, dihadapanku,,

Siap untuk kubaurkan,,

Janji ketika semua manis dan belum berkelok,,
Ketika semua indah saat ramai celoteh kita bercengkrama dengan gelak tawa,,
Ketika semua masih dalam satu alur yang membawa mimpi bersama menguap ke atas untuk tergapai,,
Ketika kesulitan dan kesenangan kita masih berada digaris yang sama,,
Ketika tidak ada prasangka rebut atau memperebutkan,,
Ketika saling menghargai menjadi tiang yang mempererat,,
Ketika kesalahpahaman lebur menjadi kata maaf,,,
Ketika dukungan selalu ada digenggaman kita dan siap diberikan kepada yang tidak meminta,,

Jarak dan Waktu membuat janji berwarna pelangi itu hanya menjadi ingatan,,
Menjadi ingatan yang membuat lubang kosong dan terkucilkan,,

Sekarang,,

Janji yang berwarna pelangi itu,,
Kini ada disini, dihadapanku,,

Siap untuk kubaurkan,,
Bukan lagi menjadi pelangi,,
Menjadi warna,,
Merah,, Jingga,, Kuning,, Hijau,, Biru,, Nila,, dan terakhir Ungu,,
Simbol individu kita,,


                Aku menyudahi catatanku. Menarik nafas panjang dan melihat keluar jendela. Langit masih beriringan diluar sana,perlahan dan pasti berpindah tempat. Menyadarkanku, bahwa apapun yang diciptakan tuhan pasti akan selalu bergerak. Entah bergerak maju atau mundur. Tergantung dari apa yang sudah kita usahakan.
                Aku Dea, seorang yang baru saja merasa kecewa dengan keadaan. Kecewa dengan apa yang sudah kunilai berharga ternyata mengecewakanku. Kecewa dengan apa yang kubangga-banggakan, ternyata mencemoohkanku. Kecewa dengan apa yang kujunjung dengan arti kata solidaritas, ternyata hanya kepura-puraan.
                “De,, yuk pulang!” ajak Tiar.
                Aku masih asik memperhatikan gerak awan dan menerka-nerka bentuk awan diatas sana.
                “Ayo! Gue laper ni De,,” ajak Tiar lagi.
                “Yuk,,” sahutku terperangah sambil membenahi segala atribut ini.
                Diperjalanan kami menuju kantin, Dea seperti bisa membaca apa isi kepalaku ini.
                “Udah,, ga usah dipikirin,,” ujarnya santai.
                Aku hanya menyunggingkan senyum terpaksa dihadapannya.
                “Ayo doong semangat,, Mana nih Dea temen gue yang selalu punya semangat tempur melebihi semangat tempur pasukan irak?” Celetuknya.
                Kali ini aku benar-benar tertawa mendengar kata-katanya.
                “Lo bisa aja yar,,”  
                “Heheee,, eh tapi gue ga nyangka De,, asli deh beneran,komennya tuh ga pantes aja keluar dari mulut dari seorang temen,, bukannya lo temenan lumayan deket ya sama dia? Kata lo sering hang out bareng sama dia? Kok bisa gitu?
”Ga papa lah Yar,, itu namanya demokrasi,, hak asasi manusia kan mengemukakan pendapat dimanapun? Lagian juga itu masalah selera, ga mungkin gw maksain selera gue ke dia atau ke elo? Ya kan?”
“Selera sih selera,, tapi bukan kaya gitu juga caranya,, dimana-mana,yang namanya temen itu saling mendukung, meskipun selera kita beda,selama itu positif dan membangun cita-cita,kenapa engga?”
“Iya,, Cuma,, Gue sih nganggepnya itu kritikan aja buat gue,,”
“Deaaaaa,, lo tuh! Aduhhh susah deh ngasih tau lo! Ini yang bikin gw geregatan sama sikap lo,, pantesan aja lo tuh digampangin sama temen-temen lo!”
“Jangan gituuu dong Tiaaaaarrrr,,, lo kan juga temen gue,, brarti lo ngegampangin gue dong!”
“Denger ya! Kritik sama TIDAK MENGHARGAI itu berbeda! Kalau kritik itu, orang yang komen mengenai kita,itu pengen kita lebih baik lagi dimasa mendatang,, sedangkan kalau tidak menghargai, ya kaya temen lo itu! Ga tau apa isinya, tiba-tiba ngejudge kalau karya lo ga jelas! Dia bahkan ga pernah liat karya lo apaan! Sumpah gue yang jadi emosi,,”
“Mungkin selera yang beda kali Yar,,”
“Seperti yang gue bilang sebelumnya,, Selera boleh beda, tapi bukan berarti selera yang diluar selera kita itu ga bagus!”
“Iya,,”
                “Gini deh,, emangnya lo ga bisa nilai? Siapa yang selalu ada disamping lo saat kesulitan dan siapa yang hanya mau ada disamping lo ketika seneng-seneng aja? Kalau gue jadi lo,, gue pasti tau nantinya nama siapa-siapa aja yang akan ada di kata pengantar buku gue kalo terbit,,”
                “Hah? Siapa yar? Gue yah pliiiisss,,, hehehee” aku merengek seperti seorang anak kecil minta dibelikan mainan pada ibunya.
                Yang pasti,, mereka yang enggan ada disamping gue ketika gue susah,, Ga pantes ada disamping gue ketika gue jaya! Yang namanya temen itu saling mendukung dan terpenting saling menghargai De,, kalo udah ga ada saling menghargai, itu namanya bukan seorang teman,, tapi hanya saling kenal,,thats it!

***

"Teman,masing-masing memiliki tempat tersendiri dihati ini,,"
with love for u all
-winda-

               

1 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Blogger templates

 
;