Aug 21, 2014

Judul ini bernama 'kemarin'.


Bisa saja aku hanya duduk dan diam disini. Selalu menunggu dalam sela-sela kehangatan secangkir teh yang asapnya mengebul menerjang hawa sejuk rintiknya gerimis. 
Bisa saja aku hanya memangku tangan dan memeluk lutut ini yang mulai lunglai di sisi sudut nan nyaman. Hanya untuk melihat dan memastikan sebuah harap itu masih bisa meluangkan waktunya untukku.
Bisa saja dan bisa saja,,, semua halusinasi ini menjadi payah dan memudar dalam sebersit sinar pagi yang ada didepan sana.

Harum. Itu namaku. Seorang perempuan muslim biasa saja yang baru saja hatinya dipatahkan oleh kalimat ketidak beruntungan. Tapi tampak beruntung bagi mata yang hanya ingin melihat betapa indahnya senyumku dihadapan mereka yang melahap namanya nama baik.

"Jadi bagaimana? Semua yang kamu tanyakan sudah kujawab,, apa lagi yang ingin kamu tanyakan?" Anisa yang kini kembali bertanya padaku.

Aku mengerti bahwa apa yang diberitakan terkadang mengacu akan menghalalkan tanpa didasari hadist atau isi dari Alquran. Tapi aku tidak tau bagaimana cara untuk memuaskan segala pertanyaan yang hadir dalam benakku bersamaan dengan hadirnya sebuah rasa yang pastinya bukan tanpa alasan menghadirkannya di hatiku saat ini.

"Nisa,, tapi apa jadinya jika kita berada dekat dengan yang haram namun kita tidak menyentuhnya sama sekali?" tanyaku.

"Sudah jelas,, dari awal kita sudah diharuskan untuk menjauhi yang diharamkan. Sama seperti ketika kita melihat sesuatu yang salah, yang malah kita justru bukan memperbaikinya, malah memakluminya. Sekarang aku tanya sama kamu Harum,, sebuah kesalahan itu, apakah harusnya dimaklumi atau diperbaiki?"

Lagi lagi aku hanya termangu akan perkataan Anisa. 

"Aku sadar, bahwa kadang kita sebagai manusia sulit membedakan antara keinginan dan kenyataan yang salah. Terkadang kita kalah dalam peperangan melawan keinginan kita sebagai manusia yang harusnya taat akan perintah Tuhannya. Dan kadang kita sebagai manusia merasa mewajarkan mengingkari perintah Tuhan kita hanya karena sebuah alasan, jalan buntu. Ya kan?" Anisa memandangku dengan tajam. " Tapi,, apa kita pantas menentukan yang salah itu wajar untuk dimaklumi,sedangkan di Alquran dan hadist,, sudah jelas-jelas itu semua SALAH. Apa kita pantas membuat peraturan sendiri melawan Alquran dan hadist hanya demi pemakluman semata? Apa itu yang diharus diwajarkan?"

Aku berusaha menyelami baik baik perkataan Anisa. 

Semua ini mulai ada benang merah yang membuatku semakin luluh akan kata taat. Cerminan cerminan segala pengalaman orang lain dan pengalamanku hari hari kemarin. Yang membuat semua ini berada dalam sebuah jalur hikmah yang mendalam.

Ya, hari kemarin yang membuatku tersaruk saruk  akan sebuah pematahan hati sepihak. Sebuah hari kemarin yang menentukan berada dititik mana saat ini aku berada. Seorang Harum ternyata hanya perempuan kecil yang menunggu genggaman hujan untuk meneduhkannya dari gersangnya hati. Yang justru dititik ini, justru aku tau,, Tuhan memiliki seribu cara untuk merangkulku. Merangkulku yang hampir saja melupakan bahwa Tuhan MAHA ADIL,, Tuhan MAHA BIJAKSANA.

Ya, mungkin. Jika saja hari kemarin itu aku tidak tersungkur jatuh dan hatiku patah sepatah patahnya. Aku tidak mungkin mendapatkan jawaban ini. Aku tidak mungkin menemukan bahwa bijaknya Tuhan yang luar biasa Maha itu, justru ada didepan hidungku selama ini. Entah apa yang membutakanku hingga tidak melihatnya sama sekali. Mungkin pemakluman itu sendiri, atau,, hanya sebuah keinginan yang berkedok kebuntuan. Ya,, Maha Besar Tuhanku yang selalu memiliki ribuan cara yang diluar nalarku untuk membuktikan bahwa ini semua untuk kebaikan hambanya.

Dan bila saja,, secangkir teh hangat ini tidak ku genggam. Aku tidak mungkin merasakan rasa manisnya yang hangat. Aku tidak akan mungkin meneguknya dengan kesabaran menunggu dingin. Semua ini hanyalah proses akan hari kemarin.

Hari kemarin yang lama diingat namun singkat dilewati. 

Aku Harum. Seorang perempuan kecil yang masih tumpul akan pengetahuan namun perlahan mengerti, bahwa yang salah harus diluruskan, bukan untuk dimaklumi. 

 

sumber gambar : favim.com

0 komentar:

Post a Comment

Total Pageviews

Blogger templates

 
;